Monday, April 2, 2007

Selamatkan Air Untuk Kehidupan

Oleh : Christo Korohama
Kayu Manis-Jakarta.


Siapa yang bisa menyangkal peran air bagi kehidupannya? Tak satupun dari makhluk di kolong langit ini dapat hidup tanpa air. Sejak awal mula kehidupan, air selalu menjadi penopang kehidupan manusia. Air selalu mengambil peran signifikan dalam pertumbuhan peradaban manusia. Gerak air yang selalu beriringan dengan peradaban justru membuat kita tidak pernah menganggapnya penting. Air terlanjur dilihat sebagai sesuatu yang ada dan harus ada dalam gerak peradaban manusia.

Air terlanjur dilihat sebagai bagian dari rutinitas kehidupan yang digunakan untuk kebutuhan makan, minum, mandi, dan pertanian dan lainnya. Namun, berapa banyak di antara kita yang tahu dan peduli bahwa salah fungsi utama air adalah menjaga kesimbangan suhu bumi? Tanpa air, bumi hanya akan menjadi sebuah bola panas dan massif. Pada titik itu, masih adakah kehidupan di bumi ini?

Negeri ini adalah salah satu dari 10 negara yang memiliki kekayaan air terbesar. Meski demikian krisis air tak dapat dihindari di negara ini dalam beberapa tahun yang akan datang sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan lingkungan. Bencana yang datang silih berganti akibat kesalahan pengelolaan lingkungan tak pernah membuat kita sadar.

Sebagai sebuah ilustrasi, pulau Jawa berdasarkan kajian Bappenas memiliki kebutuhan air per kapita per tahun adalah 2000 meter kubik sementara ketersediaan airnya hanya 1750 meter kubik per tahun. Jumlah ini akan terus menurun hingga mencapai angka 1.200 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2020 (Antara, 17-03-07).Realitas ini tentu mengerikan, tapi (lagi-lagi) kita tak pernah menyadari hal tersebut. Tapi, berapa banyak di antara kita yang peduli pada kenyataan ini?

Kita tidak pernah sadar dan terpanggil untuk melakukan sebuah tidankan konservasi yang pada gilirannya dapat melindungi air yang menjadi sumber kehidupan, tak hanya bagi kita, namun juga bagi anak-cucu kita nantinya. Kita pun nyaris tak peduli ketika beberapa kawasan yang menjadi daerah resapan air disulap menjadi villa, hotel, pusat perbelanjaan yang hanya menguntungkan segelintir orang.

Ketika air menjadi langka dan mengalir jauh dari kehidupan kita, tentu kita pun akan berhadapan dengan sebuah kenyataan yang mengerikan tentang runtuhnya sebuah kebudayaan dan tentu saja kehidupan. Jika demikian, tidakkah kita tergerak untuk berbuat sesuatu untuk menyelamatkan air dan kedupan ini, minimal dari lingkungan terdekat kita? Ataukah kita ingin menunggu hingga air membalaskan dendam karena kita tak pernah mau bersahabat dengannya?

No comments: