Friday, March 30, 2007

Air Dalam Tanda Tanya

Oleh : Edi Yanto
Ciputat, Tangerang.


Air tidaklah menjadi air yang dulu, memenuhi kebutuhan manusia. Namun, dengan air kini terjadi permusuhan atau bahkan pembunuhan. Kekurangan gizi di mana-mana yang disebabkan kurangnya air bersih untuk bisa dikonsumsi saat ini oleh masyarakat kecil, dari pelosok desa sampai ke kota merasakan manfaat air dan juga disadari dengan air akan menimbulkan berbagai macam problema yang bisa menyebabkan kematian. Tetapi mengapa?

Mungkin sekarang kita bisa memakai air dengan sesuka hati, mungkin sekarang kita bisa minum air bersih dengan leluasa, mungkin sekarang kita bisa mandi dengan seenaknya. Tetapi ingat, selama bumi masih berputar dan kitalah sebagai pemeran utama dalam kehidupan air. Yang patut kita sadari, pada suatu saat air akan marah kepada kita, suatu saat air akan benci kepada kita, suatu saat air akan menjahui kita. Lantas bagaimana manusia sebagai pemeran utama dalam kehidupan air? Akankah hal ini akan terjadi pada kita?

Kepada siapakah yang akan kita salahkan? Apakah mereka yang men-Tuhankan uang? Apakah mereka yang man-Dewakan jabatan? atau bahkan kepada mereka yang hanya duduk dikursi?
Apakah mereka semua yang akan kita salahkan?

Berangkat melalui kesadaran, air yang tanpa arti kini jadi sorotan massa, dari berbagai problema tentang air, dari berbagai macam masalah tentang air. Pada hari air sedunia ini, marilah kita sadar akan air, belajar tentang air, baik dari manfaat, kegunaan, dan mengambil hikmah dari apa yang telah diperbuat oleh air serta kerusakan yang telah diakibatkan oleh air.

Berkomunikasi dengan air

Oleh : Sri Kartika Wijaya
Bogor, Jawa Barat

Saudaraku, pernahkah kita berkomunikasi dengan air yang menjadi salah satu kebutuhan utama kita setiap hari? pernahkah kita merenungi filosofi keberadaan dan kekuatan air itu sendiri? Dr. Masaru emoto dalam bukunya True Power of Water mengungkapkan bahwa air -yang semata-mata kita anggap 'hanya' benda mati- ternyata mampu merespon semua perlakuan yang diberikan manusia terhadapnya.

Jika kita berikan kata-kata indah dan pujian akan tertangkap bentuk kristal yang indah berkilauan pada kamera. Tapi jika yang kita berikan adalah kata 'bodoh' misalnya, kamera hanya akan mengabadikan kristal yang hancur tak berbentuk. Sungguh hal itu membuktikan bahwa air mampu melakukan 'komunikasi'. Air memiliki naluri dan kekuatan untuk merespon semua perlakuan kita terhadapnya.

Marilah kita merenung, apakah banjir yang melanda ibukota beberapa saat yang lalu adalah salah satu bentuk ekspresi air terhadap manusia? Dengan caranya sendiri, air memberikan protes untuk semua perlakuan semena-mena manusia. Mungkin perlakuan kita kurang bijak. Mungkin kita memang kurang cerdas untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh air. Pesan untuk lebih berlaku adil pada alam. Tidak pernah ada kata terlambat.

Mulailah berkomunikasi dengan berlaku bijak pada alam, bijak pada sampah, bijak pada penggunaan air. Niscaya refleksi keindahan kristal air tidak hanya akan bisa diterjemahkan oleh kamera, tetapi juga diterjemahkan pada kenyamanan hidup manusia sebagai bentuk persahabatan antara manusia dan air. Kepada para air, Selamat Hari Air Sedunia!