Oleh : Budi Purnomo,
Pesanggrahan, Jakarta
Begitu banyaknya manfaat air bagi kehidupan manusia, membuat kita seringkali menyepelekan kehadirannya di lingkungan kita. Kita baru peduli terhadap air, tatkala menyaksikan atau mengalami sendiri bencana yang diakibatkan oleh air : kekeringan, air pam mati, kehausan, saluran air yang tersendat, bahkan banjir.
Kita sering lupa bahwa bahaya yang dibawa oleh air juga berasal dari ulah manusia sendiri. Kita seringkali tidak amanah dalam menjaga dan melestarikan alam di hulu sana . Penggundulan hutan yang semena-mena dan betonisasi daerah resapan air menjadi akar semua masalah yang berkaitan dengan air – yang sesungguhnya juga sudah kita ketahui bersama.
Oke, kita tidak usaha saling menyalahkan. Justeru mari membangun kesadaran bersama untuk menyelamatkan air demi masa depan kehidupan anak-cucu kita, melalui upaya pelestarian alam dan lingkungannya. Selamat Hari Air Sedunia, di bulan Maret 2007 ini. (Surat Pembaca ini dimuat di Harian Media Indonesia, 12 Maret 2007).
Tuesday, March 20, 2007
Perlakukan Alam dan Air dengan Nurani
Oleh : Debiyani Tedjalaksana,
Garut, Jawa Barat
Alam/Bumi dengan segala isinya, termasuk manusia merupakan ciptaan Tuhan YME yang ditakdirkan untuk saling medukung dalam memelihara dan menjaga kelangsungan kehidupan di bumi ini.
Tuhan YME menganugerahkan air, tumbuh-tumbuhan juga hewan agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya , jugaTuhan YME telah menjadikan manusia sebagai mahluk ciptaannya yang paling sempurna karena dalam proses penciptaannya manusia diberikan bonus Akal dan Budi.
Tuhan menganugerahkan Alam, agar manusia dapat berupaya mengolah alam dan isinya untuk kesejahteraan hidup umat manusia umumnya, dan Tuhan menganugerahkan Budi, agar nurani juga menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu perbuatan.
Dengan demikian, seharusnya manusia menjadi mahluk yang sangat bijaksana karena memiliki akal dan budi.
Namun dalam kenyataannya, ibarat Jauh panggang dari api karena manusia sebagai mahluk paling sempurna ternyata hanya menggunakan akalnya yang didukung dengan berbagai ilmu yang dikuasai, mengeruk habis alam dan isinya tanpa pernah peduli untuk menjaga kelestariannya.
Hutan menjadi gundul karena nilai jual kayu sangat menjanjikan keuntungan yang menggiurkan, dan seakan tak peduli bahwa tanpa pohon maka tak ada penahan air untuk persediaan manakala kemarau tiba.
Lahan resapan airpun diganyang habis, dalam sekejap berubah wujud menjadi Komplex Vila atau Real Estate, mereka tak peduli pada akibatnya yang akan menyengsarakan banyak umat manusia.
Banjir dan longsor, itulah bagian cerita tetap setiap kali musim hujan tiba dan sebaliknya kekeringan juga kesulitan air bersih menjadi bagian cerita saat kemarau datang. Sebenarnya Alam sudah begitu baik pada umat manusia, kebutuhan hidup dan kenikmatan selalu manusia dapat rasakan dari alam ini. Namun ternyata manusia merupakan mahluk rakus dan tak tahu membalas budi, sehingga alam dan airpun seringkali harus berubah menjadi sesuatu yang menakutkan.
Oleh karena itu dalam rangka merayakan Hari Air Sedunia, marilah kita PERLAKUKAN ALAM DAN AIR DENGAN NURANI karena tanpa air manusia tak mungkin bisa melanjutkan kehidupannya. Pergunakan air seefisien mungkin dan ingatlah masih banyak umat manusia membutuhkannya, kita harus sadar kelangkaan air bersih telah menjadi bagian nyata dalam kehidupan sebagai akibat dari perangai manusia juga yang tak pernah bisa peduli.
Garut, Jawa Barat
Alam/Bumi dengan segala isinya, termasuk manusia merupakan ciptaan Tuhan YME yang ditakdirkan untuk saling medukung dalam memelihara dan menjaga kelangsungan kehidupan di bumi ini.
Tuhan YME menganugerahkan air, tumbuh-tumbuhan juga hewan agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya , jugaTuhan YME telah menjadikan manusia sebagai mahluk ciptaannya yang paling sempurna karena dalam proses penciptaannya manusia diberikan bonus Akal dan Budi.
Tuhan menganugerahkan Alam, agar manusia dapat berupaya mengolah alam dan isinya untuk kesejahteraan hidup umat manusia umumnya, dan Tuhan menganugerahkan Budi, agar nurani juga menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu perbuatan.
Dengan demikian, seharusnya manusia menjadi mahluk yang sangat bijaksana karena memiliki akal dan budi.
Namun dalam kenyataannya, ibarat Jauh panggang dari api karena manusia sebagai mahluk paling sempurna ternyata hanya menggunakan akalnya yang didukung dengan berbagai ilmu yang dikuasai, mengeruk habis alam dan isinya tanpa pernah peduli untuk menjaga kelestariannya.
Hutan menjadi gundul karena nilai jual kayu sangat menjanjikan keuntungan yang menggiurkan, dan seakan tak peduli bahwa tanpa pohon maka tak ada penahan air untuk persediaan manakala kemarau tiba.
Lahan resapan airpun diganyang habis, dalam sekejap berubah wujud menjadi Komplex Vila atau Real Estate, mereka tak peduli pada akibatnya yang akan menyengsarakan banyak umat manusia.
Banjir dan longsor, itulah bagian cerita tetap setiap kali musim hujan tiba dan sebaliknya kekeringan juga kesulitan air bersih menjadi bagian cerita saat kemarau datang. Sebenarnya Alam sudah begitu baik pada umat manusia, kebutuhan hidup dan kenikmatan selalu manusia dapat rasakan dari alam ini. Namun ternyata manusia merupakan mahluk rakus dan tak tahu membalas budi, sehingga alam dan airpun seringkali harus berubah menjadi sesuatu yang menakutkan.
Oleh karena itu dalam rangka merayakan Hari Air Sedunia, marilah kita PERLAKUKAN ALAM DAN AIR DENGAN NURANI karena tanpa air manusia tak mungkin bisa melanjutkan kehidupannya. Pergunakan air seefisien mungkin dan ingatlah masih banyak umat manusia membutuhkannya, kita harus sadar kelangkaan air bersih telah menjadi bagian nyata dalam kehidupan sebagai akibat dari perangai manusia juga yang tak pernah bisa peduli.
Duta-Duta Kecil Air Kita
Oleh : Bambang Haryanto,
Wonogiri, Jawa Tengah
David Beckham ketika kecil pernah berfoto bersama manajer tim Manchester United, Sir Alex Ferguson. Beberapa tahun kemudian, David Beckham menjadi pemain tim Setan Merah tersebut dan dilatih oleh Sir Alex pula. Ada dua pesan moral dari cerita bagus ini. Pertama, bercita-citalah yang tinggi sejak kecil. Kedua, jangan meremehkan anak-anak kecil, karena merekalah sang pemilik masa depan.
Kedua pesan moral itu bila di negara-negara yang maju industri sepakbolanya, seperti di Inggris, Jerman dan Italia, diwujudkan dengan aktivitas yang cerdas ketika anak-anak kecil selalu dilibatkan dalam sebuah pertandingan sepakbola. Lihatlah, mereka ikut berparade bersama para pemain. Mereka memperoleh pengalaman hebat, yang tidak terlupakan seumur hidupnya. Mereka sejak kecil diajar secara terlibat untuk mencintai sepakbola, klub kotanya, dan sekaligus dilatih untuk menghayati nilai-nilai sportivitas yang luhur dari sepakbola. Coba bandingkan dengan apa yang terjadi dalam pertandingan sepakbola di tanah air. Ritus yang melibatkan anak-anak itu tidak ada sama sekali !
Contoh pelibatan anak-anak dalam teater sepakbola di atas, hemat saya harus pula diaplikasikan dalam aktivitas dan upaya kita menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sumber daya air yang bijak, rasional, dan berdimensi masa depan. Pada tahun 1989-1997, sebagai penduduk Rawamangun, saya hampir setiap pagi melakukan olahraga jalan kaki pagi. Antara lain hingga mencapai daerah Jatinegara Kaum. Setiap kali pula saya istirahat sekitar setengah jam untuk membaca-baca buku yang saya bawa dari rumah, di depan kompleks instalasi pengolahan air bersih di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Kini saya bayangkan fasilitas instalasi itu kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata pendidikan bagi anak-anak. Kemudian tanah lapangnya yang luas dan hijau itu, suatu hari, dapat disulap secara insidentil menjadi arena bermain anak-anak, tentu saja yang berkaitan dengan air. Kita dapat meneladani apa yang terjadi di Singapura, di mana anak-anak diajar menghayati mengenai air dengan segala dimensinya ketika mereka diajak bermain-main di kolam renang.
Bagaimana untuk anak-anak kita ? Kalau untuk menamakan kesadaran tentang kesehatan dikenal adanya Dokter Kecil, mengapa tidak dirintis upaya mengajak anak-anak untuk menyadari pentingnya masa depan kelestarian air bagi mereka dengan mengangkat mereka sebagai Duta-Duta Kecil Air ? Pelbagai kegiatan kreatif dan rekreatif bagi mereka, terbuka luas untuk digagas dan dikreasi dalam upaya untuk menyentuh mereka. Potensi dan ragam kegiatannya hanya dibatasi oleh imajinasi.
Intinya, dengan keterlibatan yang mereka reguk dan resapi melalui paparan yang menggembirakan itu, mereka pasti lebih menghayati seluk-beluk problema air sejak dini, sehingga mampu menjadi panduan yang bijak bagi masa depan dirinya, bahkan dalam sepanjang hidup mereka.
Wonogiri, Jawa Tengah
David Beckham ketika kecil pernah berfoto bersama manajer tim Manchester United, Sir Alex Ferguson. Beberapa tahun kemudian, David Beckham menjadi pemain tim Setan Merah tersebut dan dilatih oleh Sir Alex pula. Ada dua pesan moral dari cerita bagus ini. Pertama, bercita-citalah yang tinggi sejak kecil. Kedua, jangan meremehkan anak-anak kecil, karena merekalah sang pemilik masa depan.
Kedua pesan moral itu bila di negara-negara yang maju industri sepakbolanya, seperti di Inggris, Jerman dan Italia, diwujudkan dengan aktivitas yang cerdas ketika anak-anak kecil selalu dilibatkan dalam sebuah pertandingan sepakbola. Lihatlah, mereka ikut berparade bersama para pemain. Mereka memperoleh pengalaman hebat, yang tidak terlupakan seumur hidupnya. Mereka sejak kecil diajar secara terlibat untuk mencintai sepakbola, klub kotanya, dan sekaligus dilatih untuk menghayati nilai-nilai sportivitas yang luhur dari sepakbola. Coba bandingkan dengan apa yang terjadi dalam pertandingan sepakbola di tanah air. Ritus yang melibatkan anak-anak itu tidak ada sama sekali !
Contoh pelibatan anak-anak dalam teater sepakbola di atas, hemat saya harus pula diaplikasikan dalam aktivitas dan upaya kita menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sumber daya air yang bijak, rasional, dan berdimensi masa depan. Pada tahun 1989-1997, sebagai penduduk Rawamangun, saya hampir setiap pagi melakukan olahraga jalan kaki pagi. Antara lain hingga mencapai daerah Jatinegara Kaum. Setiap kali pula saya istirahat sekitar setengah jam untuk membaca-baca buku yang saya bawa dari rumah, di depan kompleks instalasi pengolahan air bersih di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Kini saya bayangkan fasilitas instalasi itu kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata pendidikan bagi anak-anak. Kemudian tanah lapangnya yang luas dan hijau itu, suatu hari, dapat disulap secara insidentil menjadi arena bermain anak-anak, tentu saja yang berkaitan dengan air. Kita dapat meneladani apa yang terjadi di Singapura, di mana anak-anak diajar menghayati mengenai air dengan segala dimensinya ketika mereka diajak bermain-main di kolam renang.
Bagaimana untuk anak-anak kita ? Kalau untuk menamakan kesadaran tentang kesehatan dikenal adanya Dokter Kecil, mengapa tidak dirintis upaya mengajak anak-anak untuk menyadari pentingnya masa depan kelestarian air bagi mereka dengan mengangkat mereka sebagai Duta-Duta Kecil Air ? Pelbagai kegiatan kreatif dan rekreatif bagi mereka, terbuka luas untuk digagas dan dikreasi dalam upaya untuk menyentuh mereka. Potensi dan ragam kegiatannya hanya dibatasi oleh imajinasi.
Intinya, dengan keterlibatan yang mereka reguk dan resapi melalui paparan yang menggembirakan itu, mereka pasti lebih menghayati seluk-beluk problema air sejak dini, sehingga mampu menjadi panduan yang bijak bagi masa depan dirinya, bahkan dalam sepanjang hidup mereka.
Krisis Air dan Komunitas Air
Oleh : Bambang Haryanto,
Wonogiri, Jawa Tengah.
Robert M. Pirsig dalam Zen and the Art of Motorcycle Maintenance (1981) pernah bertamsil : problem bisa tidak terlihat karena problem itu memang terlalu kecil, atau justru problem itu terlalu besar. Masalah krisis air bersih yang nyata-nyata semakin mengancam dunia termasuk problema yang terlalu besar, sehingga justru tidak terlihat oleh sebagian besar umat manusia. Mereka baru tersengat kesadarannya apabila muncul bencana banjir atau kekeringan yang langsung bersentuhan dengan hidup mereka. Bila hal tersebut tidak terjadi, maka ancaman yang terlalu besar tadi kembali tidak mereka lihat lagi.
Kunci solusinya : penyadaran atau edukasi terhadap masyarakat mengenai masalah air dengan segala problematikanya di masa depan, merupakan hal mutlak untuk dilakukan secara terus-menerus. Upaya Perdamsi bersama JEJak dalam mengajak masyarakat menyuarakan pendapat mereka dalam bentuk aktivitas lomba menulis surat pembaca, merupakan terobosan bagus. Momentum ini harus terus dijaga dan dilestarikan. Misalnya dengan cara yang saya usulkan berikut ini : semua peserta lomba berusaha “diikat” dalam sebuah jaringan komunitas pemerhati air.
Dengan ketentuan yang dibuat luwes dan tetap bertanggung jawab, masing-masing peserta lomba diberi piagam untuk mengikat diri mereka secara terhormat sebagai warga komunitas pemerhati air. Dan juga diberi hadiah email gratis, misalnya “widyawati@cintaair.org.” Piagam tersebut, yang pasti akan mereka pamerkan kepada teman dan kerabat, karena hal ini sangat manusiawi, merupakan simbol pengukuhan diri mereka secara subtil sebagai mitra, fellows, sekaligus sebagai petugas humas sukarela untuk mempromosikan masalah air kepada komunitas di sekitar mereka. Baik secara lisan mau pun melalui surat-surat pembaca mereka.
Demikian pula dengan email tersebut. Dengan domain email, sebagai contoh di atas, “cintaair.org,” hal ini juga merupakan simbol prestise dirinya sebagai warga yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian air dan lingkungan. Tentu saja, disamping manfaat praktis, dengan email tersebut akan memudahkan mereka menerima, mengirimkan info-info terbaru tentang keadaan air di dunia dewasa ini dan masa depan, pendek kata memudahkan mereka berinteraksi dengan sesama warga komunitas dan juga dengan masyarakat luas.
James Surowiecki dalam bukunya The Wisdom of Crowds: Why the Many Are Smarter Than the Few and How Collective Wisdom Shapes Business, Economies, Societies and Nations (2004), menyatakan bahwa agregasi informasi dari kerumunan seringkali lebih bagus dibanding informasi yang diputuskan oleh seseorang individu. Merujuk hal tersebut maka seyogyanya perusahaan pengelola sumber daya air harus juga mulai mendengarkan dan memperhatikan fenomena ini, demi kebaikan mereka sendiri dan kebaikan bagi masyarakat luas.
Wonogiri, Jawa Tengah.
Robert M. Pirsig dalam Zen and the Art of Motorcycle Maintenance (1981) pernah bertamsil : problem bisa tidak terlihat karena problem itu memang terlalu kecil, atau justru problem itu terlalu besar. Masalah krisis air bersih yang nyata-nyata semakin mengancam dunia termasuk problema yang terlalu besar, sehingga justru tidak terlihat oleh sebagian besar umat manusia. Mereka baru tersengat kesadarannya apabila muncul bencana banjir atau kekeringan yang langsung bersentuhan dengan hidup mereka. Bila hal tersebut tidak terjadi, maka ancaman yang terlalu besar tadi kembali tidak mereka lihat lagi.
Kunci solusinya : penyadaran atau edukasi terhadap masyarakat mengenai masalah air dengan segala problematikanya di masa depan, merupakan hal mutlak untuk dilakukan secara terus-menerus. Upaya Perdamsi bersama JEJak dalam mengajak masyarakat menyuarakan pendapat mereka dalam bentuk aktivitas lomba menulis surat pembaca, merupakan terobosan bagus. Momentum ini harus terus dijaga dan dilestarikan. Misalnya dengan cara yang saya usulkan berikut ini : semua peserta lomba berusaha “diikat” dalam sebuah jaringan komunitas pemerhati air.
Dengan ketentuan yang dibuat luwes dan tetap bertanggung jawab, masing-masing peserta lomba diberi piagam untuk mengikat diri mereka secara terhormat sebagai warga komunitas pemerhati air. Dan juga diberi hadiah email gratis, misalnya “widyawati@cintaair.org.” Piagam tersebut, yang pasti akan mereka pamerkan kepada teman dan kerabat, karena hal ini sangat manusiawi, merupakan simbol pengukuhan diri mereka secara subtil sebagai mitra, fellows, sekaligus sebagai petugas humas sukarela untuk mempromosikan masalah air kepada komunitas di sekitar mereka. Baik secara lisan mau pun melalui surat-surat pembaca mereka.
Demikian pula dengan email tersebut. Dengan domain email, sebagai contoh di atas, “cintaair.org,” hal ini juga merupakan simbol prestise dirinya sebagai warga yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian air dan lingkungan. Tentu saja, disamping manfaat praktis, dengan email tersebut akan memudahkan mereka menerima, mengirimkan info-info terbaru tentang keadaan air di dunia dewasa ini dan masa depan, pendek kata memudahkan mereka berinteraksi dengan sesama warga komunitas dan juga dengan masyarakat luas.
James Surowiecki dalam bukunya The Wisdom of Crowds: Why the Many Are Smarter Than the Few and How Collective Wisdom Shapes Business, Economies, Societies and Nations (2004), menyatakan bahwa agregasi informasi dari kerumunan seringkali lebih bagus dibanding informasi yang diputuskan oleh seseorang individu. Merujuk hal tersebut maka seyogyanya perusahaan pengelola sumber daya air harus juga mulai mendengarkan dan memperhatikan fenomena ini, demi kebaikan mereka sendiri dan kebaikan bagi masyarakat luas.
Subscribe to:
Posts (Atom)