Oleh : Teguh Rasyid
Suronatan, Yogyakarta.
Air, begitu banyak manusia yang mengelu-elukan air. Menggunakan "dia" di pelbagai kesempatan hidup, untuk kegiatan sehari-hari, untuk diri sendiri, bahkan untuk mahluk lain selain manusia.
Manusia menganggap air sahabat terbaik manusia yang pernah ada di dunia, mereka tak pernah memakai zirah perang atau mengacungkan pedang tanda pertempuran di mulai. Hingga manusia lupa, mereka menghabiskan air dengan tanpa ada sebuah logika yang terpatri dalam benak. Mereka pikir air takkan pernah habis meski mereka menggunakannya tanpa batas.
Lalu ketika air tiba-tiba berada di sudut yang berbeda, dengan dada membusung dalam bentuk banjir, kekeringan, dll. Apa yang kita lakukan? Hanya lelehan air mata yang kemudian mendesak keluar dari sudut mata kita, dengan tatapan memelas memandang air, seakan berkata, " Air, maafkan kami, jangan kau lumat apa yang kami punya! Itu harta satu-satunya yang kami punya..."
Lalu, apa gunanya sebuah penyesalan di sebuah akhir? Tidak ada! Coba jika kita bisa mengerti, bahwa air juga mahluk, meski tidak punya nyawa, namun coba hargai! Mereka juga butuh disayang, digunakan dengan baik, penggunaan yang tidak berlebihan, karena "mereka" juga akan habis seperti mahluk Allah yang lainnya.
Dengan melestarikan lingkungan, itu bukti bahwa kita menghargai air, dengan tidak membabat hutan sembarangan maka kita menyayangi air, maka niscaya airpun menyayangi kita.Maka air akan jadi sahabat kita, sahabat terbaik kita, bahkan lebih baik dari apapun di dunia...
Monday, March 26, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)