Monday, April 2, 2007

Air Tidk Butuh Uang

Oleh: Alfina Rahil Ashidiqi
Ciputat, Tangerang


Akankah manusia dapat bersikap sombong dan tidak membutuhkan adanya air? Dengan berkata lantang "kami, manusia tidak lagi membutuhkan air, karena teknologi kami sudah dapat menemukan penggantinya''. Jawabannya sangat mustahil dan nihil! Sampai akhir zaman pun tak akan ada manusia satupun dibelahan bumi ini akan berani mangatakan seperti itu. Hanya orang-orang bodoh sajalah yang akan berani jauh dari air.

Dari hal itu, lahir pertanyaan apakah manusia yang tergantung pada air bersahabat dengan air? Sebelum menjawab, marilah kita tengok bagaimana sebagian fakta di lapangan contohnya di daerah Jakarta tentang kondisi air itu sendiri. Ternyata menurut Budirama Natakusumah, selaku Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta menyatakan di sebuah media masa bahwa hampir seluruh sumber air di Jakarta sudah tercemar bakteri yang berasal dari sampah organik dan kotoran manusia. Dengan keadaan air yang memprihatinkan, sebagai manusia yang tergantung kepada air.

Bahkan menganggapnya salah satu sumber kehidupan. Dan tanpanya makhluk hidup akan mati. Namun apa balasan manusia sebagai konsumer terbesar air diantara makhluk hidup yang lain atas besarnya jasa air? Apakah manusia menjaganya dan memahaminya? Faktanya tidak! Malah sebaliknya kedzaliman yang ia terima. Sungguh kejam dan bodohnya manusia! Betapa tidak, manusia tahu bahwa semua makhluk memerlukan air, tetapi kenapa berbalik mengusiknya. Aneh memang! Bukankah itu sama saja manusia membunuh dirinya sendiri

Untuk mengambil solusi pintas, munculah suatu pertanyaan. Manusia mana yang kejam, bodoh dan bersalah itu? Namun pertanyaan diatas lumpuh atas bijaknya pernyataan. Daripada kita pusing-pusing mencari oknum tersebut. Lebih pentingnya kita menatap masa sekarang dan yang akan datang namun tidak pula melupakan peristiwa yang lama begitu saja tanpa ada tindakan. Hanya saja, peristiwa yang lalu itu dijadikan pelajaran. Karena kasus air bukan merupakan kasus perorangan yang cepat selesai dengan putusan hakim. Tetapi lebih dititikberatkan kepada persoalan seluruh masyarakat dan bangsa atas kesadaran pentingnya air. Untuk itu tidak akan berhasil jika hanya segelintir orang yang sadar akan air sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk. Dan memperbaiki lingkungan kehidupan alam yang mulai rusak ini.

Lalu bagaimana solusi agar penyebaran pencemaran air dapat ditanggulangi?. Sebenarnya solusi itu sangat klasik, sepele dan sudah sejak dahulu digaungkan oleh para pakar lingkungan. Yaitu kesadaran masyarakat membuang sampah di tempatnya, tidak merampas tempat drainase dan melindungi lingkungan alam sekitar ini. Dari hal yang sangat sepele dan kecil itulah berakibat besar bagi kelangsungan hidup manusia dan juga makhluk yang lain. Seperti tercemarnya air, tersumbatnya air yang menyebabkan baniir yang terjadi pada awal bulan februari lalu di Jakarta dan akhir-akhir ini melanda berbagai daerah di negara ini.
Untuk itu pada peringatan hari air sedunia tahun 2007 ini. Sebagai manusia yang mengaku bersahabat dengan air, aplikasikanlah kesadaran pada diri sendiri begitu urgennya keberadaan air dengan pencegahan pencemaran air.

Hikmahnya bukan hanya untuk pribadi manusia itu sendiri, tetapi juga untuk masyarakat, bangsa dan kehidupan alam di masa mendatang. Air hanya minta untuk dipahami dan dihargai keberadaannya. Sungguh tak lebih dari itu, apalagi imbalan jasa seperti uang. Tak butuh ! Sulitkah melakukan itu.?

No comments: