Oleh : Stephanie Anggraini Surya,
Manggarai, Jakarta.
Di masa lalu, air dianggap sebagai barang berharga. Di jaman manusia hidup berpindah-pindah pun, mereka selalu tinggal di dekat sumber air. Bahkan ada peperangan yang terjadi karena perebutan sumber air. Penggunaan air pun dijaga ketat dengan hukum adat yang dibuat oleh masyarakatnya. Dahulu, manusia memuja alam, termasuk air yang dianggap sebagai sumber kehidupan. Manusia dan alam hidup berdampingan bak suami istri.
Akan tetapi, sekarang, manusia bak majikan alam. Manusia menentukan nilai dan hidup-mati suatu tumbuhan, batas seberapa banyak hasil alam yang akan diambil, ataupun akan digunakan seperti apa. Air dipompa secara terus-menerus tanpa batas untuk memenuhi beragam kebutuhan yang ada di kehidupan sehari-hari kita. Dan seringkali, kita yang menerima ini lupa memberi kembali, entah dalam bentuk reboisasi, membangun sumur resapan, ataupun menjaga kebersihan sungai di sekitar kita.
Akibatnya jelas, keseimbangan alam yang selama ini terjaga dengan baik menjadi rusak, bencana pun datang silih berganti. Dan saat banjir besar di Jakarta baru-baru ini, konyolnya, kita bertanya kenapa musibah ini bisa terjadi? Semua orang lantas sibuk mencari ‘kambing hitam’; ada yang menyalahkan kota Bogor sebagai pengirim banjir, ada yang menyalahkan pemerintah yang tidak tegas terhadap perencanaan perkotaan, ada yang mengatakan ini takdir dan lain sebagainya.
Saya rasa tidak ada orang yang mau disalahkan, saya juga demikian. Terlebih lagi, lebih mudah melihat kesalahan orang lain. Akan tetapi, kerugian mendapatkan ‘kambing hitam’ adalah secara tidak langsung kita berhenti introspeksi diri, membenahi diri ataupun melakukan sesuatu. Hal inilah yang membuat bencana terus berulang, bumi semakin hancur, dan pasokan air semakin menipis.
Dahulu orang mengatakan bahwa air tak akan habis, tapi dahulu mereka bahkan tak bermimpi es di kutub utara bisa mencair seperti yang saat ini terjadi. Melihat fenomena ini, kita dapat sama-sama menanyakan ini pada diri kita, “Apakah masih ada air bersih untuk semua di masa depan? Atau hanya sebagian kecil orang saja yang memiliki akses air bersih karena air sudah jadi barang langka?” Sebelum ini terjadi, apa yang kita dapat lakukan? Apa yang Anda ingin lakukan?
Friday, March 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment