Oleh : Xaveria Rienekso Hendryaningrum,
Tebet, Jakarta.
Ratusan bahkan jutaan mahkluk di bumi ini membutuhkan air, bukan saja kita, manusia. Melainkan habitat lainnya juga menjadikan air sebagai kebutuhan pokok mereka. Namun, sejauh mana kita menganggap air adalah satu hal yang penting? Dan sejauh mana kita dapat memberi suatu arti terhadap air? Sederhananya, pernahkah kita bertanya “dari mana air ini berasal dan bagaimana prosesnya sehingga kita bisa menikmatinya?” Tidak banyak diantara kita yang mengerti betul bagaimana dari sekian proses, air itu bisa menjadi Coca-cola dan siap kita nikmati!
Memang bukan hal yang mudah untuk memberikan arti terhadap air. Bukan sekedar ‘Ibu-lah yang merebus air sehingga dapat menghilangkan dahagaku!’ Seharusnya tidak bisa disederhanakan sedemikian rupa untuk menjadikan air sebagai sahabat kita sekaligus “teman hidup” yang abadi.
Antrian panjang untuk mendapatkan air bersih adalah pertanda bahwa air adalah “teman hidup” yang terus-menerus dicari oleh para penikmatnya. Banjir yang menenggelamkan sebagian permukaan daratan adalah bukti permusuhan kita, manusia dengan air. Lalu-lalang orang-orang menutup hidung ketika melintasi sungai yang penuh sampah merupakan tanda keegoisan manusia terhadap “teman hidupnya yang kekal”.
Jika permusuhan dan keegoisan manusia terhadap air memuncak, tiba saatnyalah si air meluapkan amarahnya karena merasa diabaikan oleh “teman hidupnya” yaitu kita, manusia. Dan ketika amarah si air yang terbendung sekian lama meledak hebat, tibalah kita menangis, memohon-mohon kepada air untuk kembali menjadi teman hidup kita. Bahkan kita selalu menjanjikan kepada air untuk hidup kekal bersama. Namun janji tinggalah janji! Seandainya kita bisa bertanya kepada nenek moyang kita pada masa Nabi Nuh, bagaimana rasanya ‘air bah yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi?
Sudah seharusnya sejak saat inilah, pada momen World Water Day, kita mencintai dengan tulus dan berjanji untuk tidak berpaling dari air. Namun, komitmen ini memang mengandung konsekuensi besar. Yaitu membentuk dan menjaga kelestarian lingkungan, menggunakan air sesuai kebutuhan, membuat dan menerapkan hukum yang berguna untuk melindungi air (sungai, laut, pantai dll), cagar alam, hutan, lingkungan hidup, dll.
Hal ini merupakan tindakan nyata atas pengorbanan kita terhadap air sebagai “teman hidup” yang telah memberikan ‘nyawa bagi kehidupan, dimana kita benar-benar menginginkan untuk terus bersanding dengannya. Dengan semangat Hari Air Sedunia, kita pastikan semua perilaku manusia terhadap air-lingkungan dan semua produk hukum berpihak pada kelangsungan air untuk masa depan.
Friday, March 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment